Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohanes Nangoi masih meyakini pasar otomotif tahun ini akan mampu menyerap kendaraan baru dengan baik. Targetnya disebut tak muluk-muluk yakni sebanyak 900 ribu unit.
Ini menimbang banyak faktor yang sudah atau sedang terjadi dari awal tahun 2025. Misalnya kondisi geopolitik di beberapa negara yang mempengaruhi permintaan kendaraan ekspor, gangguan fiskal, hingga masalah daya beli masyarakat.
"Target, terus terang saja saya masih menangkap 900 ribu (unit). Kita yakin bahwa kendaraan-kendaraan baru akan keluar banyak, tetapi kalau saya lihat first quarter indikasi ke arah sananya belum terlalu jelas karena banyak sekali gangguan-gangguan," buka Nangoi ditemui di Jakarta belum lama ini.
Laporan asosiasi, pada periode Januari-Maret 2025 terjadi penurunan penjualan secara wholesales (pabrik ke diler) dengan catatan 205.160 unit atau turun 4,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 215.250 unit.
Pun distribusi retail (langsung ke konsumen) yang merekam sebanyak 210.483 unit yang terjual alias alami koreksi 8,9 persen bila dibandingkan dengan periode serupa pada tahun lalu. Secara year on year, penjualan pada Maret 2025 turut mengalami penurunan.
Wholesales bulan lalu sebanyak 70.892 unit, minus 5,1 persen pada Maret 2024 sebanyak 74.720 unit, sementara penjualan ritel turun 6,8 persen dari 82.170 (Maret 2024) menjadi 76.582 di Maret 2025. Nangoi berharap ada perbaikan saat masuk pertengahan tahun 2025.
“Tahun 2025 sampai dengan first quarter kita turun sampai sekitar 4,8 persen, kita enggak terlalu muluk-muluk. Kalau kita bisa mengulangi sukses 2024 sudah luar biasa karena terus terang market-nya agak sedikit berat," imbuhnya.
Belum lagi, dirinya turut menyoroti nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat terhadap rupiah yang hampir tembus Rp 17 ribu. Nangoi khawatir hal tersebut dapat membuat harga mobil baru melejit naik dan menambah beban di tengah daya beli yang lemah.
"Daya beli masyarakat dan minat beli belum ada. Dunia memang lagi susah, dunia lagi tidak baik-baik saja. Makanya orang mau belanja memang lagi ditekan, uang ada. Ya (lebih menyimpan uang),” tukasnya.
Gaikindo berharap ada insentif tambahan untuk kendaraan baru
Di sela keresahan itu, Nangoi menyempatkan apresiasi segala bentuk dukungan pemerintah untuk industri otomotif nasional berupa pemberian insentif. Ia berharap program bantuan itu dapat ditambah ke depannya.
Terbaru, pemerintah mengeluarkan kebijakan insentif untuk kendaraan hibrida yakni potongan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang ditanggung pemerintah atau PPnBM DTP sebesar 3 persen diberikan atas penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah berupa LCEV (Low Carbon Emission Vehicle) tertentu.