Liputan6.com, Jakarta Pada dekade 2000, Premier League lebih dari sekadar persaingan antar klub. Premier League menjelma jadi medan perang ideologi, ego, dan kehormatan yang terpersonifikasi sempurna lewat dua tokoh sentral: Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger.
Mereka bukan sekadar manajer. Mereka adalah arsitek dari dua dinasti yang tak hanya bersaing untuk gelar, tetapi juga untuk mendefinisikan sepak bola Inggris di abad ke-21. Ferguson di Manchester United dan Wenger di Arsenal.
Bagi MU, Ferguson adalah sejarah besar. Bahkan, dia bisa jadi mitos karena jadi manajer lebih dari seperempat abad. Bagi Arsenal, Wenger juga punya kedudukan sama walau pada akhir kebersamaan bersama klub dapat banyak kritik.
Benturan keduanya memanaskan setiap pertemuan MU vs Arsenal, dua tim dengan pendekatan berbeda, nam...