
HiPontianak - Pekan Gawai Dayak Kabupaten Sintang akan dilaksanakan mulai besok Rabu 16 Juli 2025 hingga Sabtu 19 Juli 2025.
Ketua Panitia Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-XII Kabupaten Sintang, Toni memastikan bahwa seluruh persiapan sudah sudah maksimal 99,9 persen.
“Tinggal satu, yaitu pelaksanaan. Kita yakin semuanya akan berjalan dengan aman dan lancar,” ujarnya ketika ditemui wartawan di Rumah Betang Tampun Juah, Selasa 15 Juli 2025.
Menurutnya, suksesnya acara ini tidak lepas dari kerja sama seluruh unsur yang terlibat. Mulai dari panitia, aparat keamanan TNI-Polri, hingga berbagai pihak lainnya yang telah menyatakan komitmen bersama dalam rapat koordinasi di Polres Sintang.
“Semua stakeholder sudah sepakat bahwa Gawai Dayak ini adalah event luar biasa milik Kabupaten Sintang. Wajib kita dukung bersama,” tegasnya.
Toni juga menanggapi berbagai keluhan masyarakat pada pelaksanaan gawai sebelumnya. Ia memastikan, seluruh catatan evaluasi telah diperhatikan, termasuk arahan langsung dari Ketua Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sintang, Jeffray Edward.
“Pesan dari Pak Jefray sangat jelas, rapikan semua hal, jaga keamanan dan ketertiban, serta khususnya bagaimana kita bisa mengurai kemacetan. Nah, hal itu sudah kita mitigasi kemarin,” jelasnya.
Sementara itu, sebelum pembukaan Gawai Dayak, panitia melakukan ritual adat Muja Puyang Gana. Acara ini juga diikuti langsung oleh DAD Kabupaten Sintang, Jeffray Edward, serta Wakil Ketua DAD yang juga menjabat sebagai Ketua Panitia PGD 2025, Toni.

Muja Puyang Gana adalah tradisi penting dalam budaya Dayak Desa. Ritual ini dilakukan untuk meminta izin dan restu kepada leluhur sebelum memulai perayaan besar seperti gawai. Dalam kepercayaan Dayak, Puyang Gana adalah penjaga tanah dan air, serta penguasa alam yang harus dihormati.
“Sebelum kita mulai Gawai kita wajib pamit dan minta izin dulu kepada Puyang Gana. Kita tidak bisa sembarangan bikin acara besar di tanah ini tanpa restu beliau,” kata Toni.
Ia menambahkan bahwa tujuan utama dari ritual ini adalah untuk mengusir roh-roh jahat yang bisa mengganggu jalannya kegiatan Gawai. Dalam prosesi tersebut, panitia menyajikan sesajian berupa makanan dan minuman untuk leluhur, serta membaca doa-doa adat.
“Ritual ini bagian dari bersampi dan bersareh. Kita beri makan, pamit, dan minta izin pada roh para leluhur, termasuk juga kepada tokoh adat yang sudah meninggal, seperti almarhum Pak Linang,” jelas Toni.
Menurutnya, menjaga hubungan dengan leluhur adalah bagian penting dari warisan budaya Dayak. Gawai bukan sekadar pesta, tapi juga bentuk penghormatan kepada tradisi dan sejarah nenek moyang.