Pengamat Sebut Investasi Industri Hilirisasi Jadi Solusi Masalah Listrik Luber

1 week ago 1
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Investasi di sektor hilirisasi perlu terus didorongan demi mendukung industri berkelanjutan. Jika industri berkembang, berbagai persoalan seperti ketergantungan barang impor hingga masalah kelebihan pasokan listrik dapat diminimalisir.

"Lewat hilirisasi ada peningkatan penyerapan energi, khususnya listrik. Kemudian juga dengan meningkatnya kebutuhan industri manufaktur tadi itu bisa mengurangi ketergantungan impor barang-barang kita yang selama ini barang-barang konsumsi masih banyak sekali bergantung dengan impor," kata peneliti Indef Abra Talatof kepada detikcom, Jumat (13/9/2024).

Abra menambahkan, hilirisasi juga mampu membuka lapangan kerja formal di tengah persoalan pengangguran di Tanah Air. Abra juga menyebut hilirisasi punya kaitan erat dalam penciptaan lapangan kerja yang berkualitas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia lalu menyoroti masalah kelebihan pasokan listrik yang menjadi isu bagi Indonesia. Menurutnya konsumsi listrik Indonesia masih rendah jika dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Berdasarkan data yang dipaparkan, konsumsi listrik per kapita Indonesia pada 2023 sebesar 1,3 MWh/kapita, sedangkan rata-rata konsumsi listrik di Asia Tenggara sudah 3,8 MWh/kapita. Artinya konsumsi listrik per kapita Indonesia baru setara 34,3% dari rata-rata di kawasan.

Masalah kelebihan pasokan listrik harus diatasi karena dapat mempengaruhi minat investasi, bukan hanya bagi industri tapi juga sektor energi baru terbarukan (EBT). Oleh karena itu Abra menegaskan investasi di sektor industri, termasuk hilirisasi, perlu terus digenjot.

"Mengurangi kelebihan pasokan energi, khususnya listrik, dengan meningkatkan aktivitas ekonomi yang menyerap energi cukup signifikan. Itu di sektor manufaktur. Pemerintah memang harus fokus menggenjot investasi dan industrialisasi dalam negeri," imbuhnya.

Sementara itu, Pengamat ekonomi energi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Yayan Satyakti mengatakan, investasi untuk mendorong hilirisasi perlu didukung. Misalnya hilirisasi dalam penciptaan ekosistem kendaraan listrik, yang pada ujungnya mampu menekan emisi karbon.

"Kalau lingkungan, listrik itu mampu untuk menurunkan emisi, karena tidak ada emisi karbon monoksida dan itu pasti emisinya turun. Dan juga itu sudah pasti," jelasnya.

Saat ini Indonesia memiliki pusat hilirisasi nikel di beberapa lokasi, seperti di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Yayan menilai industri yang tumbuh di sana memberi efek positif bagi perekonomian, misalnya dalam hal penyerapan tenaga kerja.

(ily/das)

Read Entire Article