REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Warga Tegal Lempuyangan, Bausasran, Danurejan, Kota Yogyakarta mulai memindahkan barang-barang mereka dari rumah yang telah puluhan tahun ditinggali, menyusul rencana pengosongan lahan oleh PT KAI, Kamis (3/7/2025). Salah satu rumah yang mulai dikosongkan secara mandiri adalah rumah Eyang Sutaryo atau Mbah Taryo yang telah ia huni selama lima dekade terakhir.
Dari pantauan Republika di lokasi, tampak dua kendaraan, satu truk dan satu mobil pickup, terparkir di halaman rumah PJKA nomor 12. Beberapa orang terlihat sibuk mengangkat berbagai barang dari dalam rumah, mulai dari furnitur hingga perabotan pribadi. Di tengah kesibukan itu, tangis Mbah Taryo pecah. Ia tak kuasa menahan emosinya saat melihat satu per satu barang keluar dari rumah yang telah menjadi saksi hidupnya sejak tahun 1975.
"Kalau yang ini pindah secara mandiri. Bukan sukarela, tapi terpaksa dan dilakukan mandiri karena sudah menerima biaya bongkar," ungkap juru bicara warga Lempuyangan, Antonius Fokki Ardiyanto kepada wartawan, Kamis (3/7/2025).
Fokki menyampaikan keputusan Mbah Taryo untuk mengosongkan rumah lebih dulu ini dilakukan dalam kondisi tertekan. Ia disebut tak kuat dengan desakan-desakan yang datang dari berbagai pihak. Bahkan tak hanya dari PT KAI, tekanan juga datang dari aparatur setempat.
"Memutuskan menerima (untuk melakukan pengosongan) karena tidak tahan terhadap tekanan-tekanan yang dilakukan KAI. Bentuk tekanannya ya kan selalu ditelepon untuk segera menerima kompensasi. Beliau ikut yang gelombang kedua," ungkapnya.
"Bahkan Lurah Bausasran juga ikut-ikutan karena selalu menelepon untuk segera menerima kompensasi," ucapnya menambahkan.
Setelah pindah, Fokki mengatakan Mbah Taryo akan tinggal di rumah besannya yang berada di daerah Mancasan, Kota Yogyakarta. Meski bukan miliknya, tetapi tempat yang ia tempati karena tak ada pilihan lain. Ini menjadi pukulan tersendiri bagi sosok yang dikenal aktif dalam kegiatan warga itu.
"Rencananya kalau nggak salah (akan tinggal) di tempat besannya di Mancasan, Kota Yogya," kata Fokki.
Sementara itu, Ketua RW 01 Bausasran, Anton Handriutomo, membenarkan bahwa sejumlah warga memang mulai mengosongkan rumah mereka. Ia menyebut, pembongkaran bagian bangunan semi permanen seperti galvalum dan atap seng sudah mulai dilakukan oleh warga secara bertahap.
“Sebagian (udah pindah ke rumah). Rumah saya contohnya, galvalum sudah dipindah ke rumah baru. Nomor 4 juga seng-sengnya sudah. Ada yang rencana tanggal 15, ada yang tanggal 25,” ujar Anton.
PT KAI sendiri menargetkan seluruh rumah di kawasan Lempuyangan yang terdampak relokasi dikosongkan secepatnya. Manager Humas KAI Daop 6 Yogyakarta, Feni Novida Saragih menegaskan bahwa proses penertiban dilakukan sesuai prosedur dan demi kepentingan publik.
Proses pengosongan, menurut KAI, telah melalui tahapan yang panjang mulai dari sosialisasi hingga pemberian surat peringatan.
"KAI Daop 6 melaksanakan proses penertiban untuk penataan stasiun sesuai dengan prosedur. Sudah dilakukan sosialisasi, dilanjutkan mediasi, karena tidak tercapai kesepakatan maka kemudian dikirimkan SP 1, dilanjutkan SP2 dan SP3, kemudian akan dilakukan penertiban. Kami berharap seluruh pihak dapat mendukung proses penataan Stasiun Lempuyangan yang tujuannya adalah untuk menghadirkan pelayanan transportasi publik kepada masyarakat luas yang mengedepankan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan," ungkapnya.