
Indonesia merupakan raja komoditas Crude Palm Oil (CPO) di dunia dengan kontribusi sebesar 58 persen minyak kelapa sawit global. Sentra produksi minyak kelapa sawit tersebar di berbagai pulau.
Provinsi Riau menjadi sentra kelapa sawit terbesar di Indonesia, dengan luas area mencapai 3.494.583 hektare.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2023, produksi Crude Palm Oil (CPO) dari Riau bisa mencapai 9,2 juta ton per tahunnya.
Berikutnya, provinsi Kalimantan tengah dengan luas areal hingga 2.037.705 hektare yang dapat menghasilkan 8,4 juta ton CPO per tahunnya. Di urutan ketiga terdapat Provinsi Sumatra Utara dengan luas areal 2.018.727 hektare yang bisa menghasilkan 5,06 juta ton CPO per tahunnya.
Pada posisi keempat terdapat Provinsi Kalimantan Barat dengan luas areal 1.829.533 hektare yang bisa memproduksi CPO sebanyak 5,2 juta ton per tahunnya. Setelah itu terdapat Sumatra Selatan dengan luas sentra 1.407.544 hektare dan produksi CPO mencapai 4,1 juta ton per tahunnya.
Di posisi keenam rerdapat Provinsi Kalimantan Timur dengan luas areal 1.321.692 hektare yang bisa memproduksi 3,8 juta ton CPO per tahunnya. Selanjutnya ada Provinsi Jambi dengan luas areal 1.190.813 hektare yang dapat memprodksi CPO sebanyak 2,2 juta ton per tahunnya.

Di urutan kedelapan terdapat Provinsi Aceh, daerah di ujung barat Indonesia itu memiliki luas areal kelawa sawit sebanyak 565.135 hektare dan dapat memproduksi CPO sebesar 1,05 juta ton CPO per tahunnya. Menyusul, terdapat Provinsi Sumatra Barat dengan luas areal 555.076 hektare yang bisa memproduksi 1,3 juta ton CPO per tahunnya.
Terakhir ada Kalimantan Selatan dengan luasan areal 516.033 hektare yang bisa memproduksi hingga 1,3 juta ton CPO per tahunnya.
Untuk produksi nasional di tahun 2020 produksi dalam bentuk CPO mencapai 45,741 juta ton dan sempat turun di tahun 2021 dengan 45,121 juta ton. Setelah itu produksi terus naik, di tahun 2022 mencapai 46,819 juta ton dan 2023 dengan 47,084 juta ton.
Untuk tahun 2024, angka sementara produksi CPO juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yakni di 47,474 juta ton. Selanjutnya untuk tahun 2025 estimasi produksi CPO ada di angka 48,125 juta ton.
Terkait ekspor, Indonesia telah mengekspor CPO sebanyak 27,647 juta ton pada tahun 2020, 27,067 juta ton pada 2021, 26,327 juta ton pada 2022, 27,537 juta ton pada 2023 dan 22,940 juta ton di tahun 2024 sebagai angka sementara.
Penopang Ekspor

CPO juga menjadi salah satu penyumbang kinerja ekspor terbesar di Indonesia. Jika dilihat secara bulanan, pada Mei 2025 nilai ekspor CPO tercatat USD 1,85 miliar. Nilai tersebut naik signifikan, yakni 61,50 persen secara bulanan (month-to-month).
Tren ekspor CPO dalam beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada 2020, nilai ekspor CPO tercatat sebesar USD 17,36 miliar dengan volume 25,94 juta ton. Tahun berikutnya, pada 2021, nilai ekspor naik signifikan menjadi USD 26,76 miliar, meskipun volume sedikit turun menjadi 25,62 juta ton.
Pada 2022, nilai ekspor CPO kembali meningkat menjadi USD 27,74 miliar, tetapi volume mengalami penurunan menjadi 24,99 juta ton. Memasuki 2023, nilai ekspor menurun ke USD 22,69 miliar meskipun volume naik menjadi 26,13 juta ton.
Sementara itu, pada 2024, nilai ekspor CPO tercatat USD 20,05 miliar dengan volume turun menjadi 21,64 juta ton. Kondisi ini mencerminkan dinamika pasar internasional, termasuk kebijakan negara importir dan fluktuasi harga komoditas global.
Kinerja ekspor CPO hingga Mei 2025 yang sudah mencapai USD 8,90 miliar dengan tujuan utama, yakni Pakistan, India, dan China.