Dua tim sepak bola wanita dari Indonesia mencuri perhatian di turnamen sepak bola internasional JSSL Singapore 7’s 2025. HydroPlus Strikers (U-14) dan MilkLife Shakers (U-12) sukses melaju hingga partai final dan mengakhiri turnamen dengan status runner-up.
Bertanding di The Arena, Singapura, Minggu (20/4), kedua tim memang belum berhasil membawa pulang trofi juara. HydroPlus Strikers kalah 2-0 dari Lion City Sailors, sementara MilkLife Shakers takluk 0-1 dari NDC A di partai puncak.
Kendati demikian, performa mereka selama turnamen mendapat banyak apresiasi, baik dari lawan maupun pendukung.
Program Director MilkLife Soccer Challenge, Teddy Tjahjono, mengaku bangga atas pencapaian ini. Apalagi, JSSL 2025 adalah turnamen internasional pertama bagi kedua tim.
“Walaupun belum menjadi juara, tapi bagi kami capaian kedua tim sudah cukup bagus," ujar Teddy. "Tujuan utama memberangkatkan mereka adalah untuk mengukur sejauh mana kemampuan anak-anak. Setelah ini kami akan evaluasi agar bisa lebih baik lagi.”
Teddy menambahkan, gaya bermain kedua tim juga mendapat pujian. Bahkan, menurutnya, banyak pelatih dan suporter lawan yang mengakui kualitas permainan mereka.
“Banyak yang mengapresiasi kami, mulai dari atlet, pelatih, sampai pendukung tim lawan. Ini menjadi tren positif,” lanjut Teddy.
Selama babak kualifikasi, HydroPlus Strikers mencatatkan 21 poin dari sembilan laga—enam kali menang dan tiga kali imbang tanpa kekalahan. Mereka mencetak 18 gol dan hanya kebobolan dua.
Sementara MilkLife Shakers tampil luar biasa dengan menyapu bersih tujuh kemenangan di Grup A U-12. Mereka mencetak 28 gol dan tidak kebobolan sama sekali sepanjang fase grup.
Pelatih kepala kedua tim, Timo Scheunemann, memberikan apresiasi besar terhadap perjuangan anak asuhnya. Ia berharap para pemain bisa menjadikan turnamen ini sebagai pelajaran penting.
“Tim sebenarnya bisa bermain lebih baik. Tapi karena ini pengalaman pertama melawan tim dari berbagai negara, pasti ada kekurangan," kata Timo.
"Tapi kami tetap bangga karena mental mereka sebagai atlet sudah mulai terbentuk," tambahnya.
Final JSSL 2025 berlangsung di lapangan yang lebih besar dari biasanya. Dua lapangan ukuran 50x30 meter digabung menjadi satu, tapi durasi tetap 25 menit tanpa jeda. Ini jadi tantangan tambahan bagi para pemain muda.
Bek tengah HydroPlus Strikers, Kazumi Z. A. Nurlan, mengakui kondisi lapangan final cukup menyulitkan. Meski begitu, ia tetap bersyukur dengan pencapaian timnya.
“Latihannya biasanya di lapangan yang lebih kecil, jadi lebih cepat capek. Tapi saya bersyukur bisa jadi juara dua dan banyak dapat pengalaman,” ujar Kazumi.