REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengumumkan akan mengambil alih Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. Ultimatum tersebut menyusul serangkaian penyerangan terhadap sejumlah anggota militer dan kepolisian serta sipil yang dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata itu.
Dilaporkan, tiga personel TNI dan Polri menjadi korban dalam rangkaian penyerangan yang terjadi sejak Rabu (28/5/2025) di wilayah tersebut. Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom mengabarkan pada Rabu, sayap bersenjata OPM itu mengaku bertanggung jawab atas penyerangan yang menyasar dua anggota TNI di Rumah Sakit Umum Kota Wamena.
“Dalam penyerangan tersebut dua aparat militer pemerintah Indonesia telah mengalami luka tembak dan diduga telah meninggal dunia,” kata Sebby dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (29/5/2025).
Terkait penyerangan tersebut, militer Indonesia hingga saat ini menyisir untuk menguasai Jalan Trans Wamena yang mengarah ke Yalimo, Yahukimo, dan Nduga. Kelompok separatis, kata Sebby, akan mengerahkan sejumlah anggotanya dari tiga wilayah komando peperangan untuk memasuki Kota Wamena.
“TPNPB Kodap III Ndugama Derakma siap ambil alih Kota Wamena sebagai medan peperangan,” ujar Sebby.
TPNPB-OPM, kata Sebby, juga mengingkatkan seluruh masyarakat sipil yang berada di Kota Wamena untuk angkat kaki dari wilayah tersebut. Sebab, kelompok bersenjatanya akan melakukan penyerangan-penyerangan acak dalam misi menguasai Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya tersebut.
“Kami sampaikan kepada seluruh warga sipil, baik yang itu orang asli Papua (OAP), dan imigran Indonesia untuk segera keluar dari Kota Wamena, atau berhenti beraktivitas (di luar rumah) sejak pagi hingga malam hari, agar tidak menjadi korban penembakan selama kami melakukan operasi,” kata Sebby.
Ia juga melaporkan, anggota TPNPB-OPM pada Rabu malam melakukan penyerangan terhadap satu anggota Polres Yahukimo di RSU Dekai, Yahukimo. Penyerangan tersebut menggunakan senjata tajam.
“Kami bertanggung jawab atas penikaman tersebut. Eksekusi tersebut kami lakukan setelah empat bulan kami memantau korban yang setiap saat berkeliaran di RSUD Dekai,” kata Sebby.
Satgas Operasi Damai Cartenz mengabarkan, anggota kepolisian korban penikaman kelompok separatis bersenjata itu saat ini dalam perawatan medis. Kepala Operasi Damai Cartenz Brigadir Jenderal (Brigjen) Faizal Ramadhani mengatakan, korban penikaman tersebut atas nama Bripda Ridwan Oberlin Nainggolan (22 tahun). Korban adalah anggota Polres Yahukimo.
“Korban mengalami luka serius, dan saat ini dalam penanganan yang intensif di RSUD Dekai,” ujar Brigjen Faizal melalui siaran pers pada Kamis.
Ia mengatakan, personel Damai Cartenz sudah dikerahkan ke lokasi kejadian untuk memburu pelaku penikaman itu. Dari laporan sementara, kejadian penikaman yang menargetkan Bripda Ridwan itu berawal saat korban meminta rekannya untuk diantar ke RSUD Dekai.
“Korban sebelumnya meminta untuk diantar ke RSUD Dekai untuk menjenguk pacarnya yang sedang dirawat,” kata Brigjen Faizal. Setelah tiba di lokasi, Bripda Ridwan sempat terpantau berbincang-bincnag dengan tiga remaja OAP. “Setelah rekannya yang mengantar kembali ke markas, informasi penyerangan terhadap korban pun diterima,” ujar Brigjen Faizal.
Setelah mendengar informasi penyerangan terhadap Bripda Ridwan itu, sejumlah personel kepolisian bergegas ke lokasi. Setibanya di lokasi, personel kepolisian sudah tak mengetahui keberadaan pelaku penyerangan. Akan tetapi, sejumlah saksi-saksi di lokasi kejadian mengetahui korban Bripda Ridwan yang sempat berlari-lari meminta-minta tolong kepada masyarakat untuk dibawa ke dalam Unit Gawat Darurat (UGD) dalam kondisi yang sudah luka-luka, dan berdarah-darah.