Pendekatan Neuroekonomi untuk Membangun Ekonomi Syariah yang Humanistis

4 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Pendekatan Neuroekonomi untuk Membangun Ekonomi Syariah yang Humanistis (Dok. Pribadi)

MASYARAKAT modern di perkotaan telah mengenal gaya hidup yang menerapkan prinsip islami, tidak hanya makanan, tetapi juga gaya berpakaian, wisata, dan bahkan perbankan. Ekonomi Islam yang berdiri di atas fondasi Al-Qur’an dan Sunah mengatur muamalah dengan prinsip kehalalan yang luwes, tetapi tegas melarang empat racun destruktif, yaitu maisir (judi), gharar (ketidakpastian yang eksploitatif), riba (bunga), dan bathil (transaksi batil).

Prinsip itu bukan sekadar larangan, melainkan guardrail ilahi yang melindungi manusia dari kerusakan jiwa dan sistemik. Namun, di tengah gemerlap sistem keuangan konvensional yang menjadikan riba sebagai nadi ekonomi, keimanan sempurna (yang seharusnya menjadi motor kepatuhan) kerap tergerus oleh tarikan instan dopamin dari kepuasan materi.

Fenomena itu tecermin pada pertumbuhan perbankan syariah yang masih tersendat meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengharamkan bunga bank sejak 2003. Migrasi massal umat Islam ke sistem perbankan syariah belum terjadi. Sebelum lahirnya Bank Syariah Indonesia (BSI) pada 2021, aset perbankan syariah terjebak dalam 5% trap yang artinya aset total seluruh perbankan syariah hanya menyumbang 5% dari seluruh aset total perbankan nasional.

Walaupun data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2023 menunjukkan adanya peningkatan menjadi 7,3%, angka itu tetap masih jauh dari potensi sesungguhnya Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dunia. Hal itu membuktikan pendekatan halal-haram saja pada masyarakat tidak cukup. Kepatuhan pada aturan syariah perlu dibangun dan diperkuat melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang benefit sebuah aturan syariah dalam maslahat manusia, di antaranya mengenai cara otak manusia memproses kebahagiaan dan mengambil keputusan dengan menerapkan ekonomi syariah.

MEMBANTU MERETAS JALAN KETAATAN MELALUI PEMAHAMAN KERJA OTAK

Allah berfirman: “Jika kamu berbuat baik, itu untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk, itu untuk dirimu pula…” (QS Al-Isra: 7). Ayat itu mengisyaratkan ketaatan pada syariat ekonomi Islam ialah investasi kebahagiaan jiwa. Namun, mengapa banyak umat masih sulit meninggalkan riba atau judi? Jawabannya terletak pada cara otak manusia bekerja, terutama dalam memproses imbalan (reward), risiko (risk), dan hukuman (punishment).

Neuroeconomics ialah sebuah studi interdisipliner yang secara integratif menggunakan pendekatan ekonomi, psikologi, dan neurosains untuk menjelaskan fenomena perilaku masyarakat, termasuk dalam implementasi ekonomi syariah. Melalui pendekatan neuroeconomics dapat dijelaskan mengapa sistem keuangan konvensional dirancang untuk 'menipu' otak.

Sebagai contoh, pemilihan bunga bank dan skema buy now pay later (BNPL) terbukti mengaktifkan nucleus accumbens, sebuah area otak yang berkaitan dengan pemenuhan hasrat secara instan, dan menghambat prefrontal cortex (PFC), bagian otak paling depan, yang memainkan peranan sangat penting dalam fungsi kognitif tingkat tinggi, dan fungsi luhur di antaranya melakukan perencanaan, pengambilan keputusan, penilaian risiko jangka panjang, dan pencegahan tindakan impulsif.

Dalam salah satu studi sangat menarik yang terbit di jurnal Biological Psychiatry (Pubmed Central) 2011 berjudul Prefrontal Cortex and Impulsive Decision Making dipaparkan bahwa imbalan instan secara konstan dapat mengurangi aktivitas fungsi luhur otak bagian depan dan membuat manusia memiliki kecenderungan untuk mengambil keputusan impulsif tanpa pertimbangan panjang.

Hal itu akan membuat otak terbiasa dengan pengambilan keputusan pendek, tanpa pertimbangan risiko syariat dan terjebak dalam 'ilusi' seperti 'Riba memang haram, sih, tapi ya cuma begini cara cepat kaya!' atau 'Yang penting dapat bunga besar, jadi kebutuhan keluarga bisa terpenuhi...'.

Lebih jauh lagi, salah satu wilayah di dalam PFC, yaitu bagian ventromedial (vmPFC), telah terbukti memiliki dampak besar dalam merespon imbalan itu, termasuk dalam penilaian dan keputusan terkait dengan pengambilan risiko. Respons vmPFC sangat berkaitan erat dengan nilai dari imbalan yang diharapkan dan dengan tingkat ketidakpastian dan hasil diinginkan (Manning et al, 2015; Blair et al, 2006).

Hal itu menunjukkan bahwa ketika individu mengambil keputusan berbasis pada imbalan yang sifatnya instan, mereka sudah mengorbankan pengolahan informasi yang lebih kompleks pada bagian otak yang lebih tinggi dan luhur, yaitu PFC. Tindakan mengabaikan PFC secara konsisten itu dapat mengarah ke penurunan fungsi kognitif yang berkaitan dengan pengendalian impuls (Wood et al, 2016; Drobetz et al, 2014).

Melalui uraian di atas, pendekatan neuroeconomics menjadi relevan dipelajari dan sangat berguna untuk dieksplorasi dalam meningkatkan kepatuhan pada syariat, terutama dalam implementasi ekonomi syariah.

Melalui pendekatan neuroeconomics dapat dilihat, bahwa kepatuhan pada syariah bukan sekadar halal-haram, boleh-tidak boleh, melainkan juga lebih jauh lagi ialah bentuk penjagaan dan self-care terbaik bagi kesehatan otak. Dengan demikian, menjadi sangat penting untuk merancang edukasi ekonomi syariah yang tidak hanya menekankan pahala dan dosa, tetapi juga menunjukkan manfaat implementasi ekonomi syariah pada kepatuhan terhadap transaksi halal, sebagai wujud perlindungan pada kesehatan otak, kelurusan akal dan budi manusia (hifdz al-aql).

Sebagai contoh, larangan riba ternyata dapat melindungi otak dari pengambilan keputusan instan, pengabaian fungsi luhur otak di area PFC dan siklus kecanduan utang berulang yang dapat merusak tidak hanya kesehatan otak, tetapi lebih jauh lagi kesehatan mental secara keseluruhan.

Lebih jauh lagi, sebuah studi dari Tran, A, Mintert, J, Llamas, J, & Lam, C (2018) menunjukkan tekanan siklus utang yang konsisten terus-menerus dapat merangsang peningkatan hormon kortisol, salah satu hormon penanda stres pada manusia. Peningkatan kadar kortisol yang berkepanjangan sudah terbukti dapat memicu timbulnya masalah kesehatan yang lebih luas seperti penyakit jantung karena tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis karena kadar kortisol yang tinggi dapat memicu resistensi insulin dalam mengelola kadar gula darah, dan gangguan kesehatan lain.

Hal sebaliknya berlaku, membiasakan prinsip keadilan sebagaimana diajarkan dalam ekonomi syariah dapat mengaktifkan insula anterior, area otak yang memperkuat empati dan kepuasan sosial, seperti yang baru-baru ini terungkap dalam riset yang dipublikasikan di Journal of Applied Developmental Psychology (2020) yang diteliti Gevaux, et al (2020).

Berbekal pemahaman terhadap kerja otak, para ahli ekonomi syariah dapat mengambil kesimpulan yang lebih integratif berbasis pendekatan multidisipliner, bahwa belum berminatnya masyarakat pada transaksi syariah bisa jadi berfokus pada kurangnya literasi akan manfaat jangka panjang yang akan mereka dapatkan dengan melakukan transaksi syariah dan ketidapahaman bahwa menutup akal dan hati dengan tetap mengambil keputusan imbalan instan dari riba dapat mengganggu hormon-hormon yang mengganggu fungsi luhur dan pada akhirnya mengganggu kerja otak yang dapat berakibat pada siklus utang berkepanjangan.

TIGA STRATEGI BERBASIS NEUROECONOMICS APPROACH DALAM PENGUATAN IMPLEMENTASI EKONOMI SYARIAH

Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya impelementasi ekonomi syariah yang lebih luas, perlu dilakukan pendekatan dengan strategi berbasis pendekatan neuroeconomics. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya (HR Al-Baihaqi)." Hadits itu mengisyaratkan bahwa ketaatan pada syariat harus dimulai dari pemahaman diri, termasuk bagaimana cara kerja otak, sehingga manusia memahami bahwa ketika Allah SWT menurunkan syariat-Nya kepada manusia, itu tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai sebuah cara menjaga manusia tetap dalam kebaikan dan kesehatannya.

Berikut ialah tiga strategi berbasis neuroeconomics approach yang bisa ditawarkan penulis untuk memperkuat implementasi ekonomi syariah sebagai ekonomi yang human, perwujudan sifat rahman dan rahim Allah SWT.

REFRAMING KEBAHAGIAAN, MENGUBAH PARADIGMA KONSUMSI KE KONTRIBUSI

Kebanyakan orang mengaitkan kebahagiaan dengan kepemilikan materi. Padahal, neurosains membuktikan kebahagiaan sejati berasal dari aktivitas yang melibatkan PFC (perencanaan bijak) dan ventral striatum (kepuasan bermakna). Ekonomi syariah, dengan prinsip bagi hasil (mudharabah) dan zakat, selaras dengan mekanisme itu.

Penelitian berjudul Helping Others Shows Differential Benefits on Health and Well-being for Male and Female Teens yang dipublikasikan di Journal of Happiness Stud...

Read Entire Article