Polisi di Polda Sumut Diduga Tipu Pedagang Rp 600 Juta Modus Anak Masuk Polri

8 hours ago 3
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 Polda SumutGedung Polda Sumut. Foto: Polda Sumut

Seorang polisi di Polda Sumut dilaporkan oleh seorang pedagang babi yang berinisial UZ ke Bid Propam Polda Sumut pada Kamis (22/5). Laporan itu bernomor SPSP2/96/V/2025/SUBBAGYANDUAN.

Laporannya terkait dugaan penipuan Rp 600 juta dengan modus menjanjikan kelulusan terhadap anak korban untuk jadi anggota kepolisian.

“Benar ada laporannya masuk, masih berproses ya,” kata Kasubbid Penmas Polda Sumut Kompol Siti Rohani saat dikonfirmasi kumparan, Jumat (23/5).

Awal Mula

UZ pun menceritakan awal mula dirinya tertipu. Kata dia, saat itu, anaknya ingin mendaftar ke instansi Polri. Jadi, UZ pun bercerita dengan rekannya.

Lalu, rekannya itu mengenalkan UZ dengan polisi tersebut. Tidak lama, pada Februari 2024, UZ pun bertemu dengan polisi tersebut di sebuah supermarket di Kota Medan.

Di sana, UZ meminta agar polisi tersebut menjadi pelatih fisik anaknya. Lalu, pada Maret 2024 anak UZ pun mendaftar. Ia pun menanyakan soal proses pendaftaran itu ke polisi tersebut.

Kala itu, polisi tersebut, menyinggung soal tanda lahir di bagian dada anak UZ. Tanda lahir itu disebut-sebut bisa menjadi salah satu alasan anak UZ tidak lulus Casis Polri.

“(Dia bilang) anak saya gak bisa masuk melalui jalur reguler karena masalah tanda lahir sehingga akan dimasukkan ke dalam kuota khusus Polda Sumut. Cuma di situ biayanya Rp 600 juta,” kata UZ.

UZ bilang, ia tak langsung menjawab tawaran itu. Ia harus berembuk dengan sang istri.

Dibikinkan Kwitansi Bermeterai

“Kami tanya 'Bagaimana kalau anak kami kalah (tak lulus)?' '(Dijawab) uang 100 persen kembali tanpa 1 sen pun dipotong.' Dibuatlah kwitansi dan meterai 10 ribu,” kata dia.

“Karena saya percaya, mana mungkin berani seorang polisi melakukan ini apalagi dilengkapi kwitansi. Karena saya percaya tak mungkin seberani kayak gini seorang polisi memberikan satu kwitansi apabila ini tidak benar. Apalagi kami tidak pernah ikuti tes anak-anak kami di Polri sehingga tidak ada pengalaman, begitulah kira-kira,” kata dia.

Hingga, pada April 2024 pembayaran pertama sebesar Rp 300 juta pun dilakukan di sebuah lapangan di Kota Medan. Pembayaran disertai dengan kwitansi.

Lalu, dua minggu kemudian, polisi tersebut meminta agar uang sisa dilunasi. Pembayaran dilakukan dengan cara ditransfer ke rekening istri polisi tersebut.

Hingga akhirnya, pada Juli 2024, pengumuman tahap awal disampaikan. Kala itu, anak UZ dinyatakan tidak memenuhi syarat. Saat itu, polisi tersebut menenangkan UZ dan keluarganya.

“Pokoknya dibilang 'Bapak dan ibu tenang nomor anaknya aman karena dia sudah di-mapping.' Aku kurang ngerti (apa yang dimaksud),” kata dia.

Dengan begitu, UZ pun menunggu. Sebab, kata polisi tersebut, anaknya sudah aman dan pasti lulus lantaran melalui jalur khusus.

Hingga pada pengumuman final, ternyata anak UZ tetap dinyatakan tidak lulus. Polisi tersebut kembali meyakinkan UZ. Kata dia, polisi tersebut menjanjikan anak UZ akan ikut pendidikan di SPN Hinai seminggu setelah jalur reguler pendidikan.

Rp 8 Juta Perlengkapan, Rp 6 Juta Karantina

Saat itu, anak UZ pun diminta membeli perlengkapan pendidikan. Mereka bahkan menghabiskan uang Rp 8 juta untuk keperluan itu.

Hingga pada Agustus 2024, anak UZ juga tak kunjung menjalani pendidikan. Namun, UZ beralasan lantaran para polisi jalur reguler sedang persiapan upacara 17 Agustus. Sehingga, pendidikan jalur khusus belum dapat dilaksanakan.

Namun, polisi tersebut menjanjikan anak UZ akan mengikuti karantina dan membutuhkan uang Rp 6 juta. Saat itu, anak UZ dikarantina di apartemen selama 3 minggu.

Di sisi lain, UZ sudah mulai resah karena sang anak juga sudah mulai meminta biaya hidup selama karantina. Selain itu, mereka sudah curiga lantaran para pendidikan di SPN Hinai sudah berjalan.

Polisi Tersebut Sakit, Utus Pengacara

Saat itu, UZ terus menghubungi polisi tersebut. Namun, UZ malah diblokir. Hingga, suatu hari, mereka mendapati kabar bahwa polisi tersebut sakit dan dirawat. Mereka pun berniat ingi menjenguk. Namun, setiba di rumah sakit, polisi tersebut dinyatakan sudah pulang ke rumahnya.

UZ pun melacak alamat polisi tersebut dan menghampiri rumahnya. Namun, ia melalui anaknya mengatakan tidak dapat bertemu.

Hingga akhirnya, polisi tersebut mengutus seseorang yang disebut sebagai pengacara. Mulanya mereka mengupayakan jalur mediasi. Sebab, UZ bahkan tak menuntut uangnya kembali sepenuhnya.

Ia hanya meminta Rp 350 juta untuk dikembalikan. Sebab, mereka meminjam sebagian uang untuk biaya masuk Polri dengan menggadaikan rumah dan tanah.

“Sebulan bunganya Rp 12 juta dari kami meminjam Rp 300 juta. Jadi sampai kami tawarkan pulangkan Rp 350 juta biar kami tarik surat rumah dan tanah kami dan tidak beban kami bunga itu,” kata dia.

“Enggak apa-apalah hangus Rp 250 juta karena kami enggak sanggup, kami kerja cuma bayar utang,” kata dia.

Jalur somasi pun sudah ditempuh dua kali. Namun, pihak polisi tersebut tidak memberikan respons yang baik.

“Saya pernah SMS pengacaranya adanya tanggapan (dari polisi tersebut). Katanya tak sanggup karena uang sudah diserahkan ke (pihak lain) kalau ada jalur lain yang bisa bapak tempuh silakan, ada SMS,” kata dia.

Read Entire Article