
Militer Israel menyerang provinsi Sweida, Suriah. Di wilayah itu, bentrokan pecah antara pejuang Druze dan suku Badui (Badawi atau Bedouin). Eksalasi semakin memuncak saat Israel menyerang Ibu Kota Suriah, Damaskus.
Mengapa Israel menyerang Suriah?
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan yang dilakukan pasukannya untuk menyelamatkan para saudara Druze dan mengeliminasi geng-geng rezim Suriah.
Dikutip dari BBC, bentrokan antara pejuang Druze dan suku Bedouin dilaporkan dipicu oleh penculikan seorang pedagang Druze di jalan raya menuju Damaskus pada Jumat pekan lalu.
Kemudian pada Minggu (13/7), pejuang Druze dilaporkan mengepung dan merebut sebuah pemukiman di kota Sweida yang dihuni oleh suku Bedouin. Bentrokan pun segera meluas ke wilayah provinsi Sweida lainnya. Suku Bedouin dilaporkan menyerang kota dan desa Druze terdekat.
Kementerian Dalam Negeri Suriah kemudian mengumumkan pasukan militer dan pasukan kementerian akan mengintervensi dan menegakkan ketertiban.
"Eskalasi berbahaya ini terjadi karena absennya lembaga resmi terkait," kata Kementerian Dalam Negeri.
Druze -- cabang dari Islam Syiah dengan identitas dan keyakinannya yang unik -- merupakan salah satu kelompok minoritas di Suriah. Druze masih belum percaya sepenuhnya dengan pemerintahan Presiden sementara Ahmed al-Sharaa, meski al-Sharaa berjanji akan melindungi kelompok minoritas.
Kekhawatiran itu semakin meningkat karena pecahnya bentrokan sektarian dalam 8 bulan terakhir, termasuk bentrokan antara Druze, pasukan keamanan, dan pejuang Islamis sekutu di Damaskus dan Sweida pada Mei lalu. Bentrokan itu menewaskan puluhan orang.
Usai bentrokan, pemerintah mencapai kesepakatan dengan pejuang Druze untuk merekrut pasukan keamanan lokal dari kelompok Druze di provinsi Sweida.
Bentrokan kembali pecah dan berlangsung selama berhari-hari, menewaskan lebih dari 300 orang sejak Minggu lalu.
Benjamin Netanyahu menyatakan komitmennya untuk melindungi Druze Suriah dari bahaya karena hubungan yang erat dengan kaum Druze yang tinggal di Israel dan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Siapa Itu Druze?
Druze merupakan minoritas etnoreligius berbahasa Arab di Suriah, Lebanon, Israel, dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Druze merupakan cabang dari Syiah dengan identitas dan keyakinannya yang unik.
Separuh dari sekitar 1 juta orang Druze tinggal di Suriah -- 3% dari populasi Suriah. Di Israel, Druze dianggap sangat loyal kepada negara karena banyak yang berpartisipasi dalam dinas militer.
Menurut Biro Pusat Statistik Israel, ada sekitar 152 ribu penganut Druze yang tinggal di Israel dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Mereka secara historis menempati posisi penting dalam tatanan politik Suriah. Selama perang saudara Suriah yang berlangsung hampir 14 tahun, Druze mengoperasikan pejuang mereka sendiri di Suriah selatan.
Sejak kepemimpinan Bahsar al-Assad jatuh pada Desember 2024, Druze menentang upaya negara untuk memaksakan kekuasaan atas faksi di Suriah selatan.
Meski faksi Druze di Suriah punya pendapatnya masing-masing terhadap otoritas baru, banyak yang keberatan dengan kehadiran pasukan keamanan Suriah di Sweida dan menolak integrasi ke militer Suriah. Mereka lebih memilih bergantung pada militan lokal.
Walau pemerintah Suriah mengutuk serangan yang menargetkan Druze dan berjanji menegakkan kembali ketertiban di Suriah selatan, pasukannya dituduh menyerang minoritas Druze.
Pemantau perang yang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), mendokumentasikan 'eksekusi singkat' warga Druze oleh pasukan pemerintah. Laporan tersebut semakin menambah ketidakpercayaan kelompok Druze terhadap pihak berwenang di Damaskus.
Setelah kekuasaan al-Assad jatuh, Israel berupaya menjangkau kelompok Druze di dekat perbatasan utara untuk menjalin aliansi dengan kelompok minoritas Suriah. Israel semakin memposisikan dirinya sebagai pelindung regional bagi kelompok minoritas, termasuk Kurdi, Druze dan Alawi di Suriah, sembari menyerang lokasi militer dan pasukan pemerintah Suriah.
Kendali Keamanan Sweida di Tangan Pemimpin Agama dan Faksi Lokal
Pemerintah Suriah mengumumkan kendali keamanan di kota Sweida akan diambil alih oleh pemimpin lokal. Hal ini disampaikan Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, dalam pidatonya merespons serangan Israel di Damaskus.
"Tanggung jawab keamanan di Sweida akan diserahkan kepada pemimpin agama dan sejumlah faksi lokal berdasarkan kepentingan nasional tertinggi," kata Sharaa, dikutip dari AFP, Kamis (17/7).
"Kami akan meminta pertanggungjawaban mereka yang melanggar dan melecahkan warga Druze kami, karena mereka berada di bawah perlindungan dan tanggung jawab negara," lanjutnya.