Sejumlah pabrik tahu di kawasan Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo, menggunakan sampah sebagai bahan bakarnya. Mereka melakukan praktik tersebut selama beberapa tahun terakhir.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sidoarjo, Bahrul Amig, mengatakan selama ini para pelaku industri pabrik tahu di Desa Tropodo itu menggunakan bahan bakar sampah yang sebagian besar berbahan plastik dan karet. Alasannya karena untuk menghemat biaya.
"Jadi sebenarnya sudah cukup lama ya ini. Ya, jadi sebenarnya kita penekanannya bukan plastiknya tetapi bahan bakar yang menimbulkan potensi kebakaran tinggi itu kan kayak karet, bahan stirofoam terus kemudian bahan-bahannya kayak itu bekas sandal," kata Amig kepada kumparan, Kamis (15/5).
Amig menyampaikan, bahan bakar sampah tersebut diperoleh para pelaku industri dari para pengepul.
"Ya ada yang ngepul, kayak gitu," ucapnya.
Amig menjelaskan bahwa Pemda Sidoarjo sebenarnya telah mengeluarkan surat edaran Nomor : 660/8238/438.5.11/2022 tentang larangan sampah plastik, karet, dan sejenisnya sebagai bahan bakar untuk usaha dan/atau kegiatan pada tahun 2022.
Namun, para pelaku usaha industri pabrik tahu masih tetap beroperasi menggunakan bahan bakar sampah.
"Belum pernah ada penindakan (sejauh ini)," ungkapnya.
Berdampak ke Kualitas Udara
DLH Sidoarjo pun kembali mengeluarkan surat edaran Nomor : 600.4/1341/438.5.11/2025 tentang larangan penggunaan sampah karet, spon, stirofoam dan sejenisnya sebagai bahan bakar IKM tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian pada tanggal 2 Mei 2025.
Dalam surat edaran itu, konsentrasi PM2.5 di tiga titik dalam radius 300 meter dari cerobong industri tahu di Dusun Klagen, Desa Tropodo telah melebihi baku mutu.
Tingkat risiko pajanan PM2.5 untuk masyarakat yang bermukim dalam radius ≤ 300 meter mencapai 19,8, (RQ > 1), yang menunjukkan bahwa pajanan PM2.5 telah berada pada tingkat yang sangat membahayakan kesehatan Masyarakat.
Kemudian, terlampauinya baku mutu udara ambien di Desa Tropodo salah satunya dikarenakan dari emisi udara yang dihasilkan dari kegiatan industri tahu yang menggunakan bahan bakar tidak ramah lingkungan yaitu spon, karet, stirofoam yang tidak ramah lingkungan.
"Ya, di sana otomatis kan kualitas udaranya kan ya kualitasnya akan menurun. Dan itu kan mempunyai efek kesehatan lingkungan, terus kemudian dampaknya ya dampak sistemnya juga enggak sehat gitu loh," ungkapnya.
Hingga, pada Rabu (14/5) kemarin, Pemda Sidoarjo bersama dengan pengusaha industri kecil dan menengah (IKM) tahu bertemu dan sepakat untuk tidak menggunakan bahan bakar sampah.
"Nah, ini kan juga sudah kita berikan sebuah warning keras gitu loh. Jadi, kalau nanti ini ada yang menyuplai, ada yang memanfaatkan misalnya nanti dengan menggunakan limbah-limbah semacam itu, ya nanti pendekatannya sudah bukan pembinaan, tapi ya perbuatan melawan hukum, kan gitu," terangnya.
Pemda Sidoarjo juga telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menindak ...