
Luhut B. Pandjaitan, Ketua Dewan Ekonomi, mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang paling antusias dalam penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Bahkan, Indonesia termasuk negara teratas yang meyakini produk dan layanan didukung AI lebih banyak manfaatnya dibandingkan kerugian.
Data ini diambil berdasarkan survei persepsi dalam Ipsos AI Monitor 2024, terhadap 23.658 orang di bawah usia 75 tahun dari 32 negara yang diwawancarai periode April hingga Mei 2024.
“Indonesia termasuk negara teratas yang meyakini produk dan layanan yang didukung AI lebih banyak manfaatnya dan dibandingkan keburukannya. Kita harus dorong anak-anak Indonesia untuk melakukan itu, dan kita harus bangga jadi Indonesia,” ujar Luhut dalam peluncuran LLM Sahabat AI Model 70B di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (2/6).
Indonesia berada di posisi kedua dalam survei (sebesar 80%), di bawah China yang duduk di posisi puncak (83%).

Mengingat pentingnya hal ini, Luhut mengatakan Indonesia harus bergerak cepat agar tidak tertinggal dan bisa bersaing secara global dalam pemanfaatan dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan di Tanah Air.
“AI bukan pilihan, melainkan kebutuhan strategis untuk meningkatkan daya saing. Indonesia harus bergerak cepat agar tidak tertinggal. Pengembangan AI adalah katalis bagi ekselerasi pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap mengelola risikonya dengan baik,” kata Luhut
“Jadi, kita juga semua harus berkreasi untuk membuat sesuatu. Kemudian penting membangun ekosistem yang nasional melalui kolaborasi pemerintah dan industri, akademi, dan lain-lain selanjutnya. Ini transformasi digital sebagai pilar ekonomi nasional.”