Dosen UGM Jadi Guru Besar Usai Teliti 'Masuk Angin' sebagai Fenomena Budaya

9 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 UGMDosen Antropologi FIB UGM Prof. Dr. Atik Triratnawati, M.A. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Antropologi Kesehatan. Foto: UGM

Dosen Antropologi FIB UGM Profesor Dr. Atik Triratnawati, M.A mengangkat tema masuk angin dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Antropologi Kesehatan pada Selasa (10/6) di Balai Senat UGM. Atik menyebut masuk angin merupakan sebuah fenomena budaya.

Penelitian Atik mengenai fenomena masuk angin dalam budaya Jawa ini mengantarkannya sebagai salah satu dari 17 guru besar aktif di Fakultas Ilmu Budaya dan termasuk 532 guru besar aktif yang dimiliki di tingkat universitas.

Atik menyebut masuk angin sebagai sebuah gangguan kesehatan yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Namun dalam ilmu medis sendiri tidak mengenali masuk angin sebagai kategori penyakit dan masuk angin dipercaya sebagai gejala untuk penyakit lain seperti flu.

Dia menjelaskan, bahwa masuk angin menjadi sebuah fenomena antara bidang medis dan budaya. Hal ini yang kemudian menurut Atik disebut sebagai gangguan kesehatan dan dimaklumi oleh masyarakat Jawa dan selanjutnya masyarakat Indonesia secara luas.

Pada ranah budaya, masuk angin jatuh pada ranah magis atau sihir. Gejalanya tidak jauh berbeda dengan penyakit lain sehingga penderitanya tidak dapat melakukan kegiatan seperti biasanya.

3 Kategori Masuk Angin di Masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa mengenali masuk angin ke dalam tiga kategori berbeda yakni masuk angin biasa, masuk angin berat, dan masuk angin kasep (lebih fatal) atau angin duduk.

Masuk angin biasa ini dianggap ringan dan penderitanya masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari dengan lancar. Kepala Program Studi Antropologi ini berujar bahwa masuk angin jenis ini dipercaya akibat kelelahan setelah bekerja.

“Gejalanya sendiri berupa kembung, panas, dan pegal-pegal,” kata Atik dalam rilis UGM yang dikutip kumparan, Senin (16/6).

Sementara kategori masuk angin berat terjadi ketika gejala yang tidak terlalu dirasakan oleh penderitanya.

“Umumnya penderitanya sering sekali menunda makan, minum, dan istirahat karena berharap pekerjaannya akan diselesaikan dulu. Akibatnya muncul gejala-gejala tambahan seperti muntah dan mencret," katanya.

Kedua gejala tambahan ini yang disebut Atik sebagai pembeda antara masuk angin biasa dan berat.

Selanjutnya untuk jenis masuk angin yang terakhir adalah angin kasep. Jenis ini muncul sebab masuk angin yang ada dibiarkan dan terlambat diatasi. Gejala awalnya tidak diperhatikan sehingga sifatnya tampak mendadak dan membuat penderitanya dapat jatuh tersungkur dan merasa nyeri dada.

"Gejala yang tidak teratasi pada masyarakat awam dapat menyebabkan kematian,” katanya.

 UGMDosen Antropologi FIB UGM Prof. Dr. Atik Triratnawati, M.A. (kanan). Foto: UGM

Meski begitu, ragam fenomena masuk angin ini kemudian memiliki jenis pengobatan yang beragam pula. Atik mencontohkan beberapa pengobatan yang dilakukan perorangan bisa berbeda.

Contohnya, ada salah satu kasus keluarga yang mengobati balitanya yang masuk angin dengan menggosokkan kotoran sapi di perut anak tersebut.

Contoh lainnya ada pada salah satu petani pemilik sapi yang meminum minuman ringan (soft drink) untuk mengobati masuk angin.

Kerokan Pengobatan Bersifat Komunal

Namun, ada satu pengobatan yang bersifat komunal, yaitu kerokan yang bagi orang Jawa adalah pengobatan utama bagi masuk angin.

“Menggurat bagian-bagian tubuh dengan koin dan minyak gosok atau sejenisnya mampu menimbulkan rasa hangat,” ujar Atik.

Masuk angin sebagai perilaku budaya menggambarkan bagaimana orang Jawa memilih berbagai cara penyembuhan untuk kondisi ini. Prof. Atik menyoroti bahwa praktik tradisional, seperti menggunakan koin kuno untuk “kerokan” (terapi gosok tradisional), balsam, minyak, dan rempah-rempah, baik dalam bentuk minuman maupun saset, memainkan peran penting dalam proses penyembuhan.

Sedangkan dalam dunia medis mengenai kerokan sendiri disebut Atik berbeda-beda. Ada anggapan bahwa kebiasaan ini dapat merusak kulit dan pembuluh darah, sedangkan di sisi lain kerokan dianggap efektif mengatasi masuk angin, utamanya bila dilakukan dengan tepat. Cara-caranya pun beragam seperti dengan dimulai dari punggung bagian atas hingga pinggang atau posisi koin yang dimiringkan.

Atik sendiri menjelaskan bahwa kerokan yang dilakukan dengan rasa sakit justru tidak efektif. Kerokan akan membantu pembuluh darah lancar sekaligus meningkatkan suhu tubuh.

“Dengan demikian, prinsip pengobatan ini sesuai dengan prinsip pemikiran sehat-sakit dalam budaya Jawa,” ujarnya.

Read Entire Article