Dua dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) terpilih sebagai penulis dalam penyusunan Tafsir At-Tanwir, karya tafsir kontemporer yang digagas oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dua dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) terpilih sebagai penulis dalam penyusunan Tafsir At-Tanwir, karya tafsir kontemporer yang digagas oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Keduanya ambil bagian dalam Halaqah Ilmiah Tafsir At-Tanwir yang digelar di Hotel Jayakarta, Yogyakarta, pada 14–15 Juni 2025.
Dosen tersebut adalah Zainal Arif dari Program Magister Studi Islam Fakultas Agama Islam (FAI) UMJ dan Zulfitria Zaidir dari Program Pascasarjana UMJ. Dalam forum ilmiah tersebut, kedua dosen tersebut mempresentasikan makalah berjudul Karakteristik Kepemimpinan Profetik dalam Peradaban Religius. Makalah itu mengangkat kajian dari Surah Al-A’raf ayat 157–168.
Mereka menyoroti konsep kepemimpinan profetik yang berorientasi pada nilai-nilai kebenaran universal dalam membangun kesadaran kolektif atas perilaku menyimpang (anomis) dalam masyarakat. Kisah Nabi Musa AS dan Bani Israil dijadikan landasan reflektif atas tantangan kepemimpinan moral dalam konteks umat modern.
“Saya menyampaikan apresiasi kepada Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah atas kepercayan yang diberikan kepada kami,” ujar Zulfitria.
Pada kesempatan yang sama, Zainal juga menyampaikan harapannya bahwa Tafsir At-Tanwir dapat memberikan kontribusi besar dalam membangun peradaban keagamaan dan kebangsaan yang lebih baik. Tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga dunia.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas menekankan Tafsir At-Tanwir diharapkan dapat menjadi panduan umat Islam dan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan zaman, seperti kemiskinan, korupsi, dan persoalan pengelolaan sumber daya alam.
“Melalui Tafsir At-Tanwir, Muhammadiyah harus hadir membimbing dan memberi referensi bagi umat agar mampu memajukan bangsa sesuai nilai-nilai Islam yang sejalan dengan Pancasila,” ujarnya.
Keterlibatan aktif ini tidak hanya menjadi bukti peran dalam ranah keilmuan dan keagamaan, tetapi juga mencerminkan kontribusi nyata dalam pengembangan pemikiran Islam modern yang sejalan dengan semangat ijtihad Muhammadiyah.