Tentara Ukraina menembakkan howitzer 152mm ke arah posisi Rusia di dekat Chasiv Yar, wilayah Donetsk, Ukraina, Senin, 18 November 2024.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk Ukraina, Keith Kellogg, menganjurkan agar wilayah Ukraina dipecah guna menghentikan pertempuran. Pemecahan wilayah tersebut sama seperti Berlin ketika Perang Dunia II usai.
"Anda hampir dapat membuatnya tampak seperti apa yang terjadi dengan Berlin setelah Perang Dunia II, ketika Anda memiliki zona Rusia, zona Prancis, dan zona Inggris, zona AS," kata Kellogg dalam wawancaranya dengan surat kabar The Times, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Kellogg menjelaskan, pasukan Inggris dan Prancis dapat mengadopsi zona kontrol di wilayah barat Ukraina, membentuk yang disebutnya "reassurance force" guna mencega dimulainya kembali operasi tempur. Sedangkan Rusia dapat mengendalikan wilayah timur Ukraina seperti yang sudah berlangsung sejak dimulainya perang.
Kellogg mengungkapkan, pasukan Ukraina akan hadir atau berada di antara pasukan Eropa dan Rusia. Dia menambahkan, zona demiliterisasi dapat diterapkan di sepanjang garis kontrol yang ada. "AS tidak akan menyumbangkan pasukan darat apa pun," ujar Kellogg.
Dalam skenario Kellogg, pasukan yang dipimpin Inggris-Prancis di sebelah barat Sungai Dnieper sama sekali tidak akan memprovokasi Rusia. Menurut Kellogg, Ukraina cukup besar untuk menampung beberapa pasukan yang berusaha menegakkan gencatan senjata.
Pada Maret lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bahwa kehadiran pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di bawah bendera apa pun dan dalam kapasitas apa pun di tanah Ukraina merupakan ancaman bagi Rusia. Dia menegaskan Moskow tidak akan menerima kehadiran pasukan tersebut dalam keadaan apapun.